Jujur saya merasa alpa ketika tempat ini sampai luput dari target saya bertamasya rasa. Untungnya beberapa waktu lalu seorang mantan manajer tim sepakbola kota Jogja mengajak saya untuk mampir di warung yang terletak di jalan Tentara Pelajar ini.
Sate Ayam Tukangan (Jogja): Sensasi Kematangan Pas dengan Komposisi Memikat
Sempat under estimate ketika melihat wujud fisik warung yang cuma di emperan tanpa tenda tanpa kursi. Hanya tersedia gerobak pikul dan tas keranjang berisi lontong dengan bakaran kecil di tengah pikulan.
Rumah Makan Ibu Ugi (Karanganyar): Kenikmatan Melegenda Sop Buntut dan Pecel di Lereng Lawu
Berada di lereng Gunung Lawu nan sejuk menjadikan warung yang bersebelahan dengan tempat wisata Tawangmangu ini sangat sempurna sebagai destinasi makan siang.
Rumah Teh Ndoro Donker (Karanganyar): Pengalaman Menyesap Teh Ditengah Kebun Berhawa Sejuk
Kali kedua saya bertandang di Rumah Teh Ndoro Donker ini lumayan Banyak perubahan meski tidak signifikan, maklumlah sudah lebih dari 2,5 tahun sejak saya terakhir kali kesini demi menemani seorang teman dari negaranya Paman Ho.
Kali ini saya bertamasya rasa lebih karena menuruti beberapa teman yang penasaran mencicipi fast food yang baru buka beberapa waktu lalu di depan Solo Grand Mall. Daripada jauh-jauh sampai Solo cuma ke tempat itu saja maka kami memutuskan untuk sekalian tamasya. Nah, jadilah kita mampir ke Rumah Teh Ndoro Donker ini.
Warung Makan Lombok Ijo Mbah Widji (Jogja): Nikmatnya Sego Abang Asli Wonosari di Kaki Merapi
Jangan khawatir jika kita sedang di sisi utara Jogja dan bermimpi menikmati seporsi nasi merah dengan sayur lombok ijo khas wonosari. Pasalnya di jalan Pakem-Turi yang secara geografis berada di sekitar kaliurang ada warung yang khusus menyajikan menu tersebut.
Sate Kere Pak Panut (Jogja): Sang Pelopor yang Layak Diacungi Jempol
Kancilen sampe menjelang subuh gegara nervous kepikiran acara nanti sore membuat saya malah produktif dan kembali nge-blog. Akhir-akhir ini memang kegiatan saya sedang full sampai banyak materi tamasya rasa yang teronggok begitu saja. Maafkan.
Tersebutlah sesosok Pak Panut yang bukan bakul angkringan di dekat kampus saya dulu. Pak Panut yang ini merupakan generasi kedua penerus usaha sate kere di Jalan Godean yang (ternyata) kurang terkenal, padahal dari orang tua beliaulah cikal bakal sate kere di sepanjang jalan Godean berasal.
Pengalaman lebih dari 30 tahun menjadikan sebuah kesempurnaan formasi bumbu ketumbar dengan gula kelapa yang lebur bersama kecap. Dan ketika dibakar menjadi aroma yang sangat khas.Sebuah aroma smokey yang sempurna.
Tetapi itu belum terlalu sempurna jika belum beradu dengan gurih santan encer dari sayur tempe ndeso yang selalu menjadi tokoh pendamping dalam seporsi sate kere Godean ini.
Pagi Hari Membahas Ragi
Sudah menjelang siang sebenarnya tapi bagi saya yang biasa tidur lagi sehabis subuhan, jam delapan ke bawah adalah masih pagi. Untungnya semester ini saya dapat kelas pagi jadi terlatih untuk bangun awal dan walahasil di weekend pun saya tetap sregep 😭😭😭. Kalimat pembukanya tidak jelas. Abaikan. 😂
Entah sejak kapan di Jogja demam healthy food, pastinya beberapa teman dan sahabat saya pun terjangkit virus yang serupa. Sebuah langkah yang baik sebenarnya. Sangat baik malahan. Hanya saja bagi saya pribadi terkadang hal itu malah secara tidak langsung membentuk sebuah kubu antara penggemar makanan konvensional dan makanan sehat padahal sejatinya selama makan tersebut halal dan thoyib bisa dipastikan memiliki manfaat bagi tubuh bahkan jiwa.
Di sekitar saya sekarang mulai demam pangan fermentasi, mulai dari fermentasi teh hingga fermentasi buah bahkan olahan lain semacam roti dan kopi. Tentu saja saya semangat, apalagi selama ini memang saya mendalami ilmu mengenai lelembut (baca: mikrobia) yang artinya saya akan menemukan teman-teman diskusi asik dan segar.
Benar saja, sesuai dugaan banyak sekali teman baru ataupun lama di sekitar saya dengan berbagai background yang belajar mengenai fermentasi. Menyenangkan. Bahkan ada yang tanpa ragu mulai melakukan edukasi meskipun dalam segala keterbatasan sarana ataupun informasi. Benar-benar militan. Mengagumkan.
Mie Ayam Sendowo Pak Wiyono (Jogja): Kenikmatan Porsi Raksasa Berpadu Kriuk Bakso Goreng Istimewa
Sepertinya setiap mahasiswa UGM sektor barat (kampus UGM sisi barat Jl. Kaliurang) tau tempat ini. Dan meskipun saya penghuni sektor timur tetapi sempat dekat dengan seorang mahasiswi yang berkampus di sektor barat (curhat mode: on) jadi saya tahu tempat makan yang termasuk legenda mahasiswa ini.
Enthok Slenget Kang Tanir (Jogja): Empuknya Si Manis Pedas yang Beradu dengan Kesejukan Jogja Utara
Jika kita jalan-jalan di Jogja bagian utara, tepatnya kecamatan Turi jangan lupa mampir dinwarung yang menyajikan olahan dengan bahan dasar enthok atau menthok.
Tahu Lontong Blora Bu Pudji (Jogja): Sepiring Blora di pojok Jogja
Saya sengaja mampir ke warung yang pertama kali saya kunjungi sekitar 12 tahunan yang lalu. Tepatnya ketika SMA. Tapi kali ini agak berbeda, karena saya ditrmani seorang dosen muda yang baru saja pulang dari Jepang dan rindu masakan tradisional. Berhubung dia berasal dari Cepu yang notabene termasuk dalam kabupaten Blora, maka saya ajak mampir ke warung ini sekaligus bisa saya interogasi tentang orisinalitas rasa. 😁😁😁
Pertama masuk ke warung yang berada sekitar 500 meter sebelah timur stasiun Lempuyangan ini adalah tidak banyak berubah, bahkan sejak pertama kalinya saya ke sini. Satu-satunya perubahan paling kentara adalah harga yang naik (untuk ini jangan salahkan pedagang, tetapi salahkanlah inflasi dan sistem ekonomi kapital).